FILOSOFI YANG TAK MENCAPAI EKSPEKTASI
22 Desember 2015 / Oleh : Januar EkaSetelah tersingkir dari Liga Champions, kalah dari AFC Bournemouth, United kembali menelan pil pahit setelah ditumbangkan tim semenjana, Norwich City di Old Trafford. Kekalahan pertama di Old Trafford pada musim ini, melengkapi penampilan buruk United beberapa pekan belakang. Banyak fans terlihat geram dengan penampilan yang tak kunjung membaik sejak beberapa pekan lalu, dan berharap United melakukan “bounce back”, namun kenyataan berbeda dengan harapan.
Beberapa waktu lalu, Louis van Gaal dalam wawancaranya kepada para jurnalis mengutarakan : “Masalahnya adalah ekspektasi, dan di tim seperti Manchester United ekspektasi fans terlalu tinggi”. Benar memang, ekspektasi fans Manchester United terhadap prestasi klub sangat tinggi, itu adalah bukti kecintaan mereka terhadap klub. Semua fans ingin klubnya mencapai prestasi tertinggi, dan ini bukan hanya khayalan semata.
Bersama “Fergie Fledgling”, selama 26 tahun Sir Alex memberikan 13 gelar Liga Inggris, 2 gelar Liga Champions, 5 piala FA, 4 piala Liga, 1 piala Dunia antar klub, 1 piala UEFA Super Cup, 1 piala Intercontinental Cup, 10 Community Shield, dan 1 gelar Winners cup, Sir Alex membawa klub ini ke kasta tertinggi sepakbola. Man United menjadi klub tersukses dengan segudang prestasi. Mungkin beberapa fans yang lahir dan mengenal Manchester United mulai tahun 1990-an hanya mengenal Sir Alex lah pelatih Manchester United dan tak ada yang lain. Selama itu para pendukung terbiasa dengan semangat bermain luar biasa, tak pantang menyerah hingga pluit akhir dibunyikan, dan performa luar biasa disetiap pertandingan.
“Come Back” match, gol pada “Fergie Time’, menang mudah, menang dengan skor besar, drama pada partai final, menang tipis, unggul cepat, semua dirasakan dengan manis bersama dukungan para fans yan gjuga luar biasa disetiap pekannya. Bagaikan simbiosis mutualisme bukan? Fans member dukungan dan pemain memberikan hasil dan penampilan yang terbaik bagi para pendukungnya. Kemenangan sudah menjadi DNA bagi klub ini, mungkin victory dan glory bisa disematkan menjadi nama tengah klub ini.
Ketika era Sir Alex berakhir, sulit membayangkan bagaimana klub ini dikelola oleh manager lain.Pertanyaan lain yang muncul adalah, mampukah penggantinya memberi banyak gelar dan memenuhi ekspektasi fans yang sudah lama terbiasa menyaksikan timnya yang selalu meraih kemenangan setiap pekan.
David Moyes dan segala ceritanya tidak mampu memberikan angin segar kepada para fans, bahkan prestasi menurun drastis sejak ditangani oleh mantan manager Preston North End dan Everton ini. Datang pada musim 2013/2014 Moyes harus pergi dengan menyisakan 4 pertandingan dimusim yang sama dan menempatkan Manchester United diposisi 7 klasemen EPL. Tersingkir di babak 16 besar Liga Champions dan tak ada kesempatan untuk kembali di UCL musim depan. Keadaan terburuk yang pernah dirasakan para fans, karena mereka tak akan bisa lagi melihat United berlaga di UCL. Sangat jauh dibawah standard an ekspektasi para fans Man United. Mungkin cerita ini sebaiknya disimpan saja.
Louis van Gaal dengan segudang prestasinya dimasa lalu bersama klub klub asuhannya, mampu memberikan sedikit angin segar dimusim perdananya bersama Setan Merah. Man United kembali dibawa ke posisi “Big Four’ walaupun berakhir dengan nir gelar. Tapi angin tidak berpihak pada Louis van Gaal dimusim keduanya bersama Man United, belum habis bulan Desember, belum bertemu jadwal padat di pekan menjelang Natal dan Tahun baru, United sudah tersinggir dari UCL dan sudah mengoleksi 4 kekalahan diliga. Kemudian dengan penampilan yang jauh dari DNA sebuah klub bernama Manchester United, van Gaal melontarkan pendapat bahwa ekspektasi para fans terlalu tinggi. Mungkin Louis van Gaal lelah..
Orang yang meneruskan langkah Sir Alex harusnya mengerti bagaimana ekspektasi para fans, karena mereka sudah dimanjakan dengan gelar – gelar membanggakan dan hiburan yang luar biasa disetiap akhir pekannya. Para fans sudah biasa menikmati pop corn dan minuman berkarbonasi diakhir pekan, jangan berikan mereka kopi pahit. Jangan terlalu terlena dengan filosofi dan segala teorinya, karena yang diinginkan para pembeli tiket tahunan dan penonton layar kaca ini adalah performa luar biasa dan 3 poin untuk dibawa pulang setiap pekannya.
Jadi salahkah bila fans meminta ekspektasi yang besar terhadap Manchester United? Sepertinya tidak, karena kita sudah terbiasa dengan prestasi bukan filosofi.